Tulisan ini adalah translasi makna dari sebuah goresan pena yang menggugah. Ditulis oleh Jam’ân al-Ghâmidi. Di bawah judul “Baina Yadai Ramadhân; Fadzakkir fa-inna adz-Dikrâ Tanfa’ul Mu’minîn”[1] (Di ambang Ramadhân; Berilah peringatan, karena peringatan itu baik bagi orang-orang mukmin).
Berbicara tentang Ramadhân yang sebentar lagi datang. Langkah apa saja yang harus kita persiapkan.
Langkah #1
Bersihkan tekad dan niatmu karena Allâh semata. Jadikan puasa dan shalat malammu tulus hanya untuk Allâh, dan berusahalah untuk menjadikan amal-amal kebajikanmu tersembunyi dari penglihatan kecuali penglihatan Allâh saja.
Langkah #2
Jadikanlah ibadah hati mendahului ibadah badani. Karena ibadah hati adalah poros dan penentu diterimanya amal. Betapa banyak orang yang hanya duduk dengan amalan hatinya, terlihat tidak banyak melakukan amal lahiriyah, namun ia justru mendahului orang-orang yang bersusah payah dan berletih peluh dalam amalnya.
Langkah #3
Kokohkan tekadmu dalam berlomba-berlomba menuju kebaikan dan ketaatan, karena pahala kebaikan akan dilipatgandakan saat Ramadhân, sementara momentum Ramadhân untuk kita nyaris akan berakhir seiring dengan menipisnya jatah umur kita.
Langkah #4
Hiduplah bersama Kitabullâh sekuat tenaga dalam membacanya, mentadabburinya, menghafalnya, mengulang-ulanginya, dedikasikan dirimu untuknya setiap kali engkau memiliki waktu luang.
Langkah #5
Perbanyaklah memberi di bulan kedermawanan dan pengorbaan harta ini, karena sungguh Rasulullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang sangat dermawan di bulan ini.
Langkah #6
Berdakwah kepada Allâh adalah di antara bentuk taqarrub yang paling agung di bulan ini, maka ambillah peran untuk menyampaikan dakwah melalui kalimat yang baik, atau melalui hadiah berupa rekaman kajian, atau buku-buku kecil yang bermanfaat.
Langkah #7
Saudaraku yang kariim, jangan melupakan saudara-saudaramu yang telah mendahuluimu di dalam tanah, yang terpenjara, yang ditahan oleh musuh, yang terlantar dari keluarga dan penopang hidupnya. Ingatlah mereka dalam do’amu, karena setidaknya mereka masih punya hak mendapatkan do’a kita yang tulus.
Langkah #8
Ibumu dan Ayahmu, adalah dua pintu surga. Maka berhatilah-hatilah engkau membuat keduanya marah terhadapmu di bulan yang mulia ini. Perbanyaklah bakti pada keduanya, karena baktimu kepada mereka adalah di antara bentuk taqarrub yang paling agung kepada Allâh.
Langkah #9
Sambutlah bulan yang mulia ini dengan taubat yang tulus, dengan niat yang mutlak untuk tidak lagi kembali pada kebiasaan lama penuh dosa, tekadkan pula niatmu untuk meminta kerelaan dan maaf dari orang-orang yang telah engkau ambil haknya. Bersihkan hatimu, jangan sampai Ramadhân mendatangimu sementara hatimu masih ada rasa dengki dan hasad pada seseorang.
Langkah #10
Sambutlah keharuman Ramadhân dengan do’a. Boleh jadi satu panjatan do’a bertepatan dengan terbukanya pintu ijabah. Dengannya Allâh mencatat untukmu kebahagiaan dunia dan akhirat.
***
Diterjamahkan secara maknawi
Lombok, 1 Sya’ban 1434 / 06102013
Abu Ziyân (Jo Saputra Halim)
[1] Disadur dari http://www.saaid.net/mktarat/ramadan/384.htm